Monday 26 September 2016

Lomba essay bertema “Aku dan FLP”. “ Aku dan FLP” Oleh. Murry









Lomba essay bertema “Aku dan FLP”.

“ Aku dan FLP” Oleh. Murry
Essay yang diselenggarakan Forum Lingkar Pena Bertema aku dan FLP seperti sebuah kado terindah yang diberikan Tuhan untukku. Duhai engkau Zat yang Maha Mengatur, terima kasih telah Kau jawab do’aku beberapa tahun yang lalu. Kini, andai beliau tahu tentang ini. Beliau itu, sahabatku yang pernah bekerja sebagai satpam jaga malam disalah satu sekolah dikampung. Jika ia tahu tentang tulisan ini ia pasti senang sekali. Ia pasti berkata padaku luar biasa. Bila ia baca essay ini, pasti ia berkata, inikan cerita beberapa tahun yang lalu yang pernah kau ceritakan. Yang luar biasa itu bukan aku mungkin takdir, sekalipun aku telah merencanakan ini. Menjadi sebuah tujuan yang ketika kita memikirkannya di masa lalu hal itu masih menjadi sebuah kemustahilan. Namun, bagi Dia tentu tidak ada yang mustahil.
Senangnya minta ampun. Aku seperti anak kecil yang mendapat hadiah sepeda mini pemberian ayah dan ibu disaat hari ulang tahunku. Padahal sudah beberapa tahun yang lalu aku meminta itu pada ayah dan ibu. Terima kasih ayah, terima kasih ibu. Kini doaku telah kau tunaikan.
Begitulah tentang informasi yang membahagiakan ini. “Abadikan kenangan indahmu saat berinteraksi dengan FLP dan tuangkan dalam sebuah essay bertema aku dan FLP”. Syukurlah simpatisan sepertiku bisa ikut serta dalam lomba essay ini. Bahkan, para pembaca buku-buku karya anggota Forum Lingkar Pena. Mungkin ini jugalah alasanku betapa senangnya mendapat informasi ini. Syukurlah essay ini tidak menuntut seseorang untuk bisa menulis ekstra. Apalagi bisa untuk siapa saja. Karena aku bukanlah seorang penulis. Namun diantara beberapa macam hobby aku sering juga membaca buku seperti novel ayat-ayat cinta karya terbaik Habiburrahman El-Shirazy, telah habis terbaca. Buku karya Melly Goeslaw “Arrgghhhh” juga habis terbaca. Tapi, sungguh aku harus bisa menyelesaikan essay ini. Dan satu hal lagi, ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan “a dream come true”. Ibuku, Istri seluruh keluarga dan semua teman2 yang tahu tentang ini pasti senang sekali. Apalagi kalau bisa menjadi salah satu pemenangnya. Hehehe. Semoga.
Tuhan berilah kekuatan, kecerdasan dan semua kemudahan itu padaku. Agar tulisan ini bisa sama seperti yang mereka minta. Karena aku bukan penulis apalagi kutu buku. Hanya yang aku alami yang akan tertulis di essay ini sama ketika engkau kabulkan doaku agar tulisanku diterima dimajalah Islam Tarbawi Tahun 2007, sembilan tahun yang lalu. “Bukankah, kalau mau jadi penulis itu kita harus menulis, membaca itu kampusnya bagi mereka yang mau jadi penulis”- Asma Nadia. Ya! Memang pada saat masih kuliah aku sering beli buku tapi tidak untuk kubaca melainkan hanya untuk sebuah kado/hadiah setiap kali ada undangan ulang tahun dari para sahabat. Anehnya, setiap kali buku yang terbeli ditoko buku Gramedia Gajah Mada Medan buku tersebut penulisnya Helvy Tiana Rosa atau yang ada Forum Lingkar Pena.
Forum Lingkar Pena dan Helvy Tiana Rosa
Sebenarnya kalau bicara Forum Lingkar Pena yang disingkat FLP itu aku hanya bisa mengira-ngira. Maklum, mungkin karena aku bukan anggota FLP. FLP itu kira-kira berupa organisasi kepenulisan/forumnya para calon-calon penulis. Yang berdiri pada tahun1997-an. Pendirinya Helvy Tiana Rosa dan kawan-kawan. Konsentrasinya pada puisi, cerita pendek, esai sastra dan novel. Namun saat essay ini tertulis Helvy Tiana Rosa sekarang sedang berkonsentrasi menjadi sebuah Produser Film. Semoga apa yang Helvy Tiana Rosa cita-citakan terkabul. Amiin. Kini, FLP tlah memberi kontribusi yang sangat baik bagi bangsa ini juga dalam melahirkan para penulis-penulis hebat apakah ia seorang puitis, sastrawan dan novelis yang anggotanya sudah lebih dari 3000-an orang yang tersebar diseluruh Indonesia dan manca negara juga. Anggotanya didominasi mereka para mahasiswa, ada juga pegawai negeri, karyawan swasta, buruh, ibu rumah tangga, guru, petani tentunya masih banyak lagi dengan latar belakang yang berbeda-beda. Itulah mungkin kenapa perlahan dengan komitmen yang kuat banyak buku-buku novel islami yang penulisnya Helvy Tiana Rosa dan beberapa anggota FLP. Makanya kalau dengar FLP aku pasti ingat Helvy Tiana Rosa. Begitu juga sebaliknya. Menjadikan Helvy Tiana Rosa agar tetap seperti Helvy Tiana Rosa adalah doa terbesarku. Itulah kenapa aku tidak ingin Helvy Tiana Rosa itu “mati”.
Forum Lingkar Pena Sumatera Utara, waktu itu, salah satu anggota Forum Lingkar Pena, bernama Dewi Chairani mempersilahkan aku datang kemarkas FLP Sumatera Utara. Aku pun datang dengan senang hati. Dimarkas itu beberapa orang telah menunggu kedatanganku. Aku datang dengan tujuan untuk bersilaturrahim dengan mereka. Setelah salah seorang dari mereka mempersilahkanku untuk bicara. Kuawali dengan berucap salam pembuka, seterusnya kira-kira 10 menit aku bicara. Beberapa dari mereka terlihat heran, kagum, aneh dan senyum-senyum. Yang pasti kesimpulanku berkata ya Alloh terima kasih atas takdir yang Kau berikan padaku.
Aku dan Helvy Tiana Rosa, bertempat di Karang Rejo, Rabu, 17 Februari 2010 tepatnya siang menjelang waktu Ashar. Adzan dan Iqhomah kukumandangkan ketelinga putri pertamauku. Penuh syukur dan bahagia. Kini, aku telah menjadi seorang ayah untuk ketiga putriku. Terima kasih Duhai ALLOH yang telah menyelamatkan istri yang telah melahirkan anakku, dan Kau selamatkan anak yang akan dilahirkan istriku. Tak terucap kata amiin namun, cukup lama kedua tangan ini menutupi wajah. Betapa bahagianya aku. Tak dapat kututupi kebahagiaan saat itu. Karena bahagianya sampai kumandang adzan pun tersebutkan olehku. Begitu ingat kalau bayi kami seorang putri akupun mengiqomahkannya kembali.
Esoknya sebelum berangkat kekantor kusempatkan singgah ketoko buku Gramedia Gajah Mada Medan. Sudah tiga putriku tak pernah terbesit untuk membeli buku nama-nama untuk nama anak. Kupastikan dan kucatat siapa nama penulis buku yang bukunya sering kujadikan kado sebagai hadiah ulang tahun untuk para sahabatku. Kucatat dan kusimpan dalam dompet. Beberapa hari kemudian ibu mertua memintaku untuk menyiapkan nama putriku dalam jumlah banyak untuk disisipkan dalam nasi urap yang akan dibagikan pada kerabat dan sanak saudara. Sekali lagi aku tidak pernah ragu pada setiap yang telah kuputuskan. Azzamku telah kuat sambil menunggu beberapa lembar print, selama itu aku berdoa. Duhai Alloh yang paling sempurna ciptaanNya, jadikanlah putriku ini kelak sama seperti nama yang sedang aku print-kan namanya ini. Amiin.
Sebelum pulang kusempatkan singgah kerumah sahabatku. Memintanya untuk mencari bersama nama yang tlah kuprint-kan dalam social media facebook. Alhamdulillah ternyata ketemu nama beliau dan langsung kutulis pesan dalam inbox untuknya. Mohon maaf sebelumnya, hormatku padanya untuk diberi izin menamakan nama anak yang sama dengan nama beliau. Seingatku lebih dulu nama itu tertabalkanku pada putri pertamaku baru bebarapa hari kemudian balasan lewat inbox-pun masuk. Jantungku berdebar, dengan sejumlah kecemasan kututup mataku perlahan kuintip dan kubaca. Sungguh bahagianya aku membaca inbox beliau. “Jazakillah ya moerry adie. Saya terharu. Iyaa!!, dengan senang hati dan limpahan keberkahan untukmu juga pada putrimu semoga bisa menjadi kebanggaan kedua orang tuanya. Amiin.”
Tak ada komentar dari ibu mertua untuk nama putri yang kuberikan. Malah ibu mertua bilang nama ini enak menyebutkannya dilidah, pas terdengar ditelinga dan tak ada yang punya. Silih berganti sanak saudara teman kerja dan sahabat istri melihat putri kami. Sampai pada hari itu teman istri seorang mahasiswi USU mencium putri kami sambil bertanya pada istri. Siapa namanya. Pelan sekali tapi aku mendengar dan melihat wajah heran, kagumnya pada istri. Siapa yang memberikan namanya, ayahnya jawab istriku. Yang kutangkap dari reaksinya ia tahu siapa Helvy Tiana Rosa. Saat itu istriku sendiri belum tau siapa Helvy Tiana Rosa.
Beberapa bulan kemudian. Di kampung, Taman Kanak-kanak Islam SAIDI TURI, jalan Glugur Rimbun Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang - Sumatera Utara. Adalah alamat dimana buku-buku tersebut dikirim. Senang sekali, Helvy Tiana Rosa mengirimiku beberapa buku. Seorang kepala Sekolah dan guru-guru TK yang mengetahui bahwa saya mendapat kiriman buku-buku dari penulis hebat itu meminta saya untuk dibuka dilihat sebagian mereka ada yang meminjam karena mereka mengetahui siapa penulis buku-buku tersebut. Yaa!! Bolehlah kalau dipinjam. Secepatnya saya minta untuk dikembalikan. “Bagaimana ceritanya Mur,” celetuk kepala sekolah kepada saya. Kenapa beliau mengirimi buku-buku ini? Saya bilang ceritanya panjang.
5 tahun kemudian. Alhamdulillah buku-buku itu kini sering dibaca oleh Putri kami pada saat beliau sudah di TK A. Alhamdulillahnya lagi mungkin karena ada semacam energi yang ia terima hingga akhirnya iya lulus dari TK tersebut dengan Juara 1.
Pertanyaan dari salah seorang Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sumatera Utara tentang nama putri pertamaku. Helvy Tiana Rosa.
Ia bertanya, kenapa Helvy Tiana Rosa kau menamakan putrimu. Selain seorang politisi beliau juga seorang kutu buku hampir dapat saya pastikan dari 100 anggota DPRD Provinsi ketika itu dua lemari besar diruangannya penuh dengan beberapa judul buku yang telah ia beli. Sampai pada suatu hari saat beliau menjadi calon Bupati/ pada saat resmi pencalonannya sebagai calon bupati harus didampingi seorang ajudan pendamping dari unsur kepolisian/intel. Singkat cerita beliau kalah dalam pertarungan tersebut.
Sore hari setelah dua hari beristirahat total beliau memintaku untuk kembali bekerja tidak kekantor melainkan ke Gramedia, cukup lama kami disana dan banyak sekali buku yang ia beli, jika dihitung semua buku itu berharga lebih dari 2,5 jt-an, aku hanya mengambil satu buku karangan Pramoedya Ananta Toer, itu pun setelah ia menyuruhku untuk mengambil buku yang kusuka. Setelah buku-buku itu terbungkus kami langsung pergi kerumah ajudan pendamping/polisi itu pula dan memberikan semua buku-buku itu padanya.
Dimobil dalam sebuah perjalanan kuceritakan tentang ini padanya.
Saat itu waktu masih sering main ketoko buku aku sering sekali baca-baca buku tulisan yang ditulis oleh Helvy Tiana Rosa. Tidak banyak yang kutahu semua buku-buku tulisan Helvy Tiana Rosa. Tapi aku hanya sering pula membaca buku yang ada logo FLP-nya. Sambil menoleh padanya, ia memintaku meneruskan menceritakan tentang kenapa nama putriku Helvy Tiana Rosa. Dugaanku benar ia tahu siapa Helvy Tiana Rosa. Apalagi kebanyakan buku-buku yang ada dilemarinya buku-buku sastra. Karena perjalanan pun masih jauh kuceritakanlah ini padanya.
Ia bang, belum pernah aku baca buku yang aku hanyut dalam cerita pada isi buku tersebut. Sampai meneteskan air mata ketika itu syukurnya tidak ada yang tahu kalau aku menangis. Tak semua habis kubaca dan tak juga kubeli. Bahkan setelah selesai saja buku itupun kuselipkan diantara buku-buku lainnya yang kupastikan tak akan ada orang yang mengambil. Begitulah seterusnya setiap kali aku ketoko buku itu. Kupastikan kalau buku itu tetap ada diantara rak-rak tersebut dan kubaca kembali. Anehnya ada beberapa kali kuulang lagi membacanya beberapa kali itu pula air mataku terjatuh pas dilembar yang sedang kubaca. Begitu seterusnya kembali lagi kuletakkan buku itu ditempat yang orang tak mungkin menemukannya.
Barulah, beberapa bulan kemudian aku kembali ketoko buku tersebut setelah sekian lama tidak lagi kesana. Harapanku untuk bisa menemukan buku yang kemarin sering kubaca dan kali ini untuk kubeli. Yaa!!, kali ini aku datang untuk membeli. Kira kira begitulah ini kuceritakan sampai kuceritakan pula aku kehilangan buku tersebut dalam rak toko buku itu. Karena tidak kutemukan lagi aku langsung pulang. Ceritaku terhenti setelah kami sampai diBinjai dirumah ajudan itu.
Tak lama kami disana. Bercerita seadanya setelah menghabiskan segelas kopi kami pamit pulang. Beberapa menit setalah sampai dimedan dan langsung menuju pulang. Kuceritakan lagi pada beliau tentang kecamatan ini yang baru saja kami lalui.
Ya, sambil memberitahukan dikecamatan kota inilah Helvy Tiana Rosa dilahirkan karena memang rute ini setiap hari yang kami lalui menuju kantor dan kembali. Helvy Tiana Rosa dilahirkan oleh ibunya dirumah sahabatnya. Beberapa hari kemudian ibunya duduk diteras rumah itu dan melihat beberapa bunga ros/mawar berduri mungkin bunga dan keadaan hari itu mengilhami penamaan nama Helvy Tiana Rosa. Berasal dari bunga mawar dan berawal dari nama kota kecamatan Helvetia mungkin tersimpullah nama Helvy Tiana Rosa. Bunga mawar itu harum dan berduri seakan menunjukkan bahwa ini bunga terindah dan kuat tak sembarang tangan berani menyentuhnya kecuali hanya dengan penuh kecintaan dan kesungguhan bila ingin memilikinya. Kira-kira begitulah kuceritakan.
Bahkan sampai saat ini aku masih sering menceritakan pada siapa saja yang masih sering bertanya-tanya tentang Helvy Tiana Rosa.
Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia dan Putri Sabrina Salsabila
Kira-kira setelah Helvy Tiana Rosa berumur 2 tahun, istri pun akan melahirkan anak kedua kami artinya adik Helvy Tiana Rosa akan memiliki adik. Beberapa hari setelah melahirkan istri untuk yang kedua kalinya. kuceritakan pada mbak Helvy. “Alhamdulillah mbak, mamak Helvy telah melahirkan lagi anaknya seorang putri mudah-mudahan putri yang diamanahkan Alloh kepada saya mampu memberi manfaat pada sesama dan lingkungannya, amiin. Saya juga minta maaf dan minta kesediaan mbak Helvy untuk menamakan putri kedua saya,, sudilah kiranya mbak menamakan putri saya tersebut..Terima kasih sekali..Salam hormat saya kepada keluarga disana”. Pesan terkirim lewat inbox pada facebook milik Helvy Tiana Rosa ketika itu.
Beberapa hari kemudian inbox balasan dari mbak Helvy pun saya terima. “Alaikum salam. Insya Allah nanti dipikirkan ya. Semoga dapat nama yang sesuai. Salam sayang buat istri dan Helvy Tiana Rosa. Aamiin. Salam sayang buat ananda Helvy ya. Insya Allah akan menjadi anak yang senantiasa bermanfaat bagi keluarga, bangsa dan negara di masanya kelak...aamiin”
Alhamdulillah...barakallah. Semoga menjadi anak yang sholihat, cahaya mata di langit dan bumi. Jangan lupa posting fotonya ya. Saya terbayang wajah Helvy kecil yang tentu sangat sumringah punya adik. Saya belum dapat nama yang pas. Cahya Kamila? Sabrina Fathiya? Atau Asma Nadia? . Yang terakhir ini adalah nama pemberian saya pada adik saya Asmarani Rosalba saat ia memakai jilbab tahun 1988 yang kemudian jadi nama tenarnya. Saya kira boleh dipertimbangkan--bila berkenan--untuk mengumpulkan Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia sebagai anak2 tercinta dari orangtua yang penuh berkah sepertimu dan istri. Sekali lagi selamat ya! Ikut bahagia . Kabari saya siapa namanya nanti ya. Beberapa hari kemudian saya inbox mbak Helvy lagi. Mbak, namanya sudah mantap kalau adiknya Helvy Tiana Rosa adalah Asma Nadia Insya Alloh berkah dan mampu berkarya seperti bunda-bundanya yang dijakarta. Esoknya pesan masuk kembali dari Helvy Tiana Rosa. “Subhanallah...saya jadi terharu...insya Allah kalau ke Medan nanti mau menyempatkan lihat mereka berdua ya...salam sayang buat istri, Helvy dan Asma”. Begitu seterusnya sampai dengan ketiga putri kami, Helvy Tiana Rosa kembali menamakannya.
“Alaikum Salam. Subhanallah walhamdulillah bahagianya. 3 putri yg insya Allah bisa membawa orangtuanya ke surga. Sebuah kehormatan diminta sarankan nama. Saya suka nama Putri Sabrina Salsabila. Putri mata air surga yg sabar” . Aamiin ya Rabb
FLP, Helvy Tiana Rosa dan Kami Sekeluarga
Masjid Al-Jihad Jl. Abdullah Lubis Medan, ketika itu. Sabtu sore setelah mendengar informasi akan kedatangan Helvy Tiana Rosa dalam acara launching film “Ketika Mas Gagah Pergi/ KMGP”senang sekali. Saya konfirmasi ulang dengan Dewi Chairani tentang berita ini. Iya pak, minggu besok Mbak Helvy akan datang Kemedan. Saya minta pada beliau untuk konfirmasi ini pada panitia kalau kami juga akan datang. Terima kasih ya wi’. Tapi dewi tidak bisa datang. Ini kali kedua saya meminta saudari dewi. Untuk hal yang serupa hanya saja, beberapa waktu yang lalu ketika Helvy Tiana Rosa datang kemedan untuk urusan bisnis beliau juga yang banyak sibuk membantu untuk pertemuan itu. Namun sayanya saja yang tidak bisa datang karena kebetulan masih berhalangan. Sangat disayangkan. Tapi mungkin belum jodoh. Saya beritahukan tentang hal ini pada istri dan anak-anak. Kalau besok kita akan pergi kemedan karena bunda Helvy Tiana Rosa datang. Sudah bisa dipastikan mungkin beliau pasti sibuk waktunya juga ga lama-lama makanya kita yang datang. Agak bingung-bingung gitu istri mendengar informasi dari saya. Iya Yah!, iya kita kesana. Minggu pagi-pun tiba. Memang sudah dari tadi malam semua keperluan untuk hari ini dipersiapkan. Pampers Nadia dan Putri berikut salak pondoh sengaja kami bawakan untuk bunda Helvy dan kawan-kawan. Juga bermacam jajanan dan aqua kecil tlah dipersiapkan istri agar tidak lagi berhenti-berhenti dalam perjalanan. Spanduk terpampang beberapa panitia terlihat ada yang berdiri dan duduk. Lebih dahulu istri dan anak-anak saya turunkan dari kendaraaan karena saya harus memarkirkan kendaraan. Seorang panitia menyapa istri dengan sebuah pertanyaan. Maaf mbak mau jumpa dengan siapa ya mbak?, istri langsung jawab, oh iya apa ini acara Helvy Tiana Rosa? Iya mbak, seorang lagi dari mereka bertanya pada istri, ibu ini Ibunya Helvy Tiana Rosa ya kalau begitu apa ini Helvy Tiana Rosa, ini Asma Nadia dan ini Putri Sabrina Salsabila. Iya bener ibu Mbak Helvy memang ada bilang kekami kalau beliau ada keluarganya dimedan dan Insya Alloh akan datang. Percakapan mereka usai setelah saya datang. Dan saya langsung permisi pada mereka untuk masuk kedalam Masjid bersama anak-anak. Istri menunggu diluar karena berhalangan. Didalam masjid terlihat Helvy Tiana Rosa sedang asyik memberi ceramah didepan anggota FLP dan beberapa masyarakat/mahasiswa/i tentang launching film KMGP/Ketika Mas Gagah Pergi. Saya dan anak-anak pun duduk tepat didepan sebelah kanan agak ujung. Sehingga saya yakin mbak Helvy dapat melihat dengan jelas kedatangan kami didalam masjid. Dalam hati saya bergumam, semoga aja kedatangan kami tidak mengganggu beliau. Tiba-tiba kami menjadi pusat perhatian mereka yang sedari tadi mendengarkan ceramah Helvy Tiana Rosa. Karena dengan sengaja ya secara spontanitas saya pikir mbak Helvy terkejut melihat kami telah datang dan dengan pengeras suara itu. Selamat datang Helvy Tiana Rosa , Asma Nadia dan Putri Sabrina Salsabila, tunggu, sebentar lagi ya bunda siapin ceramahnya. Sontak atau agak heboh dikit suasananya saat itu. Perhatian pun silih berganti sebentar ke mbak Helvy Tiana Rosa sebentar ke ketiga putriku apalagi disaat mbak Helvy memperkenalkan kami pada jamaah yang ada didepannya. Sungguh kebahagiaan tersendiri akan hal ini seandainya kebahagiaan ini tidak bisa saya tutupi mungkin sudah jatuh air mata ini. Haru bahagia tumpah jadi satu kira-kira begitulah saat itu. Season tanya jawab-pun usai, mbak Helvy menutup ceramahnya selesai berfoto bersama para fansnya yang ada didalam masjid. Mbak Helvy berjalan kearah kami dan terlebih dahulu memeluk dan mencium Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia dan Putri Sabrina Salsabila, pun ia gendong sambil bertanya padaku, “bundanya mana Murry?”. Itu mbak diluar dengan panitia lainnya. Beliau berhalang masuk masjid, jawabku. Kalau begitu kita yang keluar, lanjutnya. Dari luar ternyata istri melihat kami berjalan bersama untuk menemuinya sambil memeluk istriku dan menciumnya tak juga iya turunkan Putri Sabrina dalam gendongannya . Sontak saja secara tiba-tiba kami menjadi objek foto anak-anak FLP ketika itu. Tuhan betapa dengan semua kesabaran ini engkau ternyata mengabulkan semua doa-doaku tentang kejadian ini. Tuhan terima kasih untuk ini, untuk semua yang telah Kau berikan padaku. Tuhan, tolong jauhkanlah semua orang yang kusayangi ini dari segala macam mara bahaya dan angkatlah penyakit yang sedang dialami Helvy Tiana Rosa dan tumbuh besarkanlah Helvy Tiana Rosa dengan penuh keilmuan, kecerdasan dan keberkahan ilmu pengetahuan yang berguna bagi nusa dan bangsa. Setelah semuanya selesai dan harus berangkat lagi menuju beberapa lokasi acara launching film KMGP, Helvy Tiana Rosa memberikan buku KMGP dan sebuah kepingan cd album Asma Nadia covernya pun Asma Nadia sambil mencium istri dan ketiga putriku. Iya pamit untuk segera berangkat karena masih ada acara yang harus dihadiri. “Daa,,Helvy bunda jalan duluan ya.”pamitnya. “Daa bunda,” sahut kami. Maka begitulah impian. Impian dan harapan, bagaikan do'a dan usaha. Setiap manusia memiliki Impian akan tetapi sedikit yang memanfaatkan. Jika Manusia selalu bertahan pada impian maka cepat atau lambat dia akan mendapatkannya. Amiin.


* foto-foto bersama mbak Helvy Tiana Rosa

Helvy Tiana Rosa & Helvy Tiana Rosa



Helvy Tiana Rosa

Bersama Bunda Helvy Tiana Rosa.
 Masjid Al Jihad Medan































www.flp.or.id

No comments:

Post a Comment