Monday 17 October 2016

Air Mata Mutiara, Air Mata Indonesia

17 Oktober 2016

"Indonesia South Sea Pearl (ISSP)"

Air Mata Mutiara, Air Mata Indonesia

"malam selepas pulang dari kantor beberapa tahun yang lalu, aku singgah ke-ATM (Anjungan Tunai Mandiri) kebetulan letak ATM tersebut bersebelahan dengan pohon mangga yang cukup besar, sehingga penerang disekitar ATM tersebut terhalang. Tak ada siapapun kecuali aku, setelah selesai saat hendak keluar dari ruang ATM tersebut kulihat sepasang suami istri sedang sibuk sepertinya sedang mencari sesuatu yang mereka miliki telah hilang. Saya cari tahu gerangan apa yang telah terjadi pada mereka apa yang sedang mereka cari. "apakah bapak ada melihat anting berwarna hitam bentuknya bundar sedikit bercahaya", sebelum saya jawab saya lihat istri beliau terus mencari kelihatannya ia sambil menangis mungkin begitu berarti benda yang hilang itu. "pak, mohon maaf boleh sedikit digeser sepeda motor bapak istrinya memintaku untuk menggeser sepeda motor milikku" dengan lekas saya langsung menggesernya, dengan penerang dari mancis suaminya menerangi dibawah sekitaran sepeda motor saya. Iya!, tepat apa yang dikatakan suaminya tadi, anting tersebut bercahaya bila terkena penerang. luapan kebahagian itu seketika muncul benda yang bercahaya itu telah ditangan istrinya dan langsung memeluk suaminya. "terima kasih pak, terima kasih sekali lagi sambil menyalami saya istrinya berkata "ini anting mutiara kado terindah yang diberikan suami kepada saya pada saat hari pernikahan kami. Saat suami pulang merantau dari kepulauan Lombok". Setelah itu mereka permisi dan pergi. Akupun pergi sambil melihat kearah ATM,, daa!! Lombok.





Ya, kita semua tahu. Jika ada orang bercerita tentang kepulauan Lombok pasti bercerita tentang mutiara, mutiara Lombok. Belakangan saya tahu kalau mutiara Lomboklah paling terkanal didunia. Selain ia dikenal sebagai perhiasan paling tua harga mutiara itupun diklaim bersaing dengan harga batu berlian yang juga diklaim batu permata teresklusif. Kepulauan perairan Lomboklah penghasil mutiara yang paling baik, beberapa karakteristik yang dimunculkannya keliauan cahayanya dan sangat berkualitasnya. Cantiknya seperti mutiara. Bukankah perdagangan mutiara didunia berasal dari mutiara Indonesia yang dikenal dengan nama Indonesian South Sea Pearl (ISSP) menjadi dampak positif pada Devisa negara. Belum lagi nilai ekonomis yang baik yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat baik sebagai pedagang kaki lima atau mereka yang membuka gallery.  Nada miring pun bermunculan dalam kepermutiaraan baik penyalahgunaan dalam konsep keaslian juga dalam pembudidayaannya terlebih lagi beberapa negara ikut berperan dalam permutiaraan ini. Semua negara mengklaim memilki mutiara yang terbaik. 




Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan(KKP). Bekerjasama dengan BUMN sebagai penyalur kredit untuk sektor kelautan dan perikanan sangat serius dalam Permutiaraan Indonesia. Pemerintah mengatur, mengawasai dan ikut berperan penting pada semua instrumen bagi keberlangsungan hidup dan kehidupan mutiara. Tentunya kita berharap, KKP terus memberikan kontribusi-kontribusi yang positif baik dalam pengembangbudidayaannya juga terus aktif dalam pemantauan perdagangannya pula. Terus memberi perhatian pada masyarakat sekitar dalam meningkatkan pengetahuan dan peningkatan sumber daya. "Bahkan negara akan selalu hadir agar mutiara tetap cantik dan jelita tanpa ada air mata".







* Berbagai sumber






















Monday 26 September 2016

Lomba essay bertema “Aku dan FLP”. “ Aku dan FLP” Oleh. Murry









Lomba essay bertema “Aku dan FLP”.

“ Aku dan FLP” Oleh. Murry
Essay yang diselenggarakan Forum Lingkar Pena Bertema aku dan FLP seperti sebuah kado terindah yang diberikan Tuhan untukku. Duhai engkau Zat yang Maha Mengatur, terima kasih telah Kau jawab do’aku beberapa tahun yang lalu. Kini, andai beliau tahu tentang ini. Beliau itu, sahabatku yang pernah bekerja sebagai satpam jaga malam disalah satu sekolah dikampung. Jika ia tahu tentang tulisan ini ia pasti senang sekali. Ia pasti berkata padaku luar biasa. Bila ia baca essay ini, pasti ia berkata, inikan cerita beberapa tahun yang lalu yang pernah kau ceritakan. Yang luar biasa itu bukan aku mungkin takdir, sekalipun aku telah merencanakan ini. Menjadi sebuah tujuan yang ketika kita memikirkannya di masa lalu hal itu masih menjadi sebuah kemustahilan. Namun, bagi Dia tentu tidak ada yang mustahil.
Senangnya minta ampun. Aku seperti anak kecil yang mendapat hadiah sepeda mini pemberian ayah dan ibu disaat hari ulang tahunku. Padahal sudah beberapa tahun yang lalu aku meminta itu pada ayah dan ibu. Terima kasih ayah, terima kasih ibu. Kini doaku telah kau tunaikan.
Begitulah tentang informasi yang membahagiakan ini. “Abadikan kenangan indahmu saat berinteraksi dengan FLP dan tuangkan dalam sebuah essay bertema aku dan FLP”. Syukurlah simpatisan sepertiku bisa ikut serta dalam lomba essay ini. Bahkan, para pembaca buku-buku karya anggota Forum Lingkar Pena. Mungkin ini jugalah alasanku betapa senangnya mendapat informasi ini. Syukurlah essay ini tidak menuntut seseorang untuk bisa menulis ekstra. Apalagi bisa untuk siapa saja. Karena aku bukanlah seorang penulis. Namun diantara beberapa macam hobby aku sering juga membaca buku seperti novel ayat-ayat cinta karya terbaik Habiburrahman El-Shirazy, telah habis terbaca. Buku karya Melly Goeslaw “Arrgghhhh” juga habis terbaca. Tapi, sungguh aku harus bisa menyelesaikan essay ini. Dan satu hal lagi, ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan “a dream come true”. Ibuku, Istri seluruh keluarga dan semua teman2 yang tahu tentang ini pasti senang sekali. Apalagi kalau bisa menjadi salah satu pemenangnya. Hehehe. Semoga.
Tuhan berilah kekuatan, kecerdasan dan semua kemudahan itu padaku. Agar tulisan ini bisa sama seperti yang mereka minta. Karena aku bukan penulis apalagi kutu buku. Hanya yang aku alami yang akan tertulis di essay ini sama ketika engkau kabulkan doaku agar tulisanku diterima dimajalah Islam Tarbawi Tahun 2007, sembilan tahun yang lalu. “Bukankah, kalau mau jadi penulis itu kita harus menulis, membaca itu kampusnya bagi mereka yang mau jadi penulis”- Asma Nadia. Ya! Memang pada saat masih kuliah aku sering beli buku tapi tidak untuk kubaca melainkan hanya untuk sebuah kado/hadiah setiap kali ada undangan ulang tahun dari para sahabat. Anehnya, setiap kali buku yang terbeli ditoko buku Gramedia Gajah Mada Medan buku tersebut penulisnya Helvy Tiana Rosa atau yang ada Forum Lingkar Pena.
Forum Lingkar Pena dan Helvy Tiana Rosa
Sebenarnya kalau bicara Forum Lingkar Pena yang disingkat FLP itu aku hanya bisa mengira-ngira. Maklum, mungkin karena aku bukan anggota FLP. FLP itu kira-kira berupa organisasi kepenulisan/forumnya para calon-calon penulis. Yang berdiri pada tahun1997-an. Pendirinya Helvy Tiana Rosa dan kawan-kawan. Konsentrasinya pada puisi, cerita pendek, esai sastra dan novel. Namun saat essay ini tertulis Helvy Tiana Rosa sekarang sedang berkonsentrasi menjadi sebuah Produser Film. Semoga apa yang Helvy Tiana Rosa cita-citakan terkabul. Amiin. Kini, FLP tlah memberi kontribusi yang sangat baik bagi bangsa ini juga dalam melahirkan para penulis-penulis hebat apakah ia seorang puitis, sastrawan dan novelis yang anggotanya sudah lebih dari 3000-an orang yang tersebar diseluruh Indonesia dan manca negara juga. Anggotanya didominasi mereka para mahasiswa, ada juga pegawai negeri, karyawan swasta, buruh, ibu rumah tangga, guru, petani tentunya masih banyak lagi dengan latar belakang yang berbeda-beda. Itulah mungkin kenapa perlahan dengan komitmen yang kuat banyak buku-buku novel islami yang penulisnya Helvy Tiana Rosa dan beberapa anggota FLP. Makanya kalau dengar FLP aku pasti ingat Helvy Tiana Rosa. Begitu juga sebaliknya. Menjadikan Helvy Tiana Rosa agar tetap seperti Helvy Tiana Rosa adalah doa terbesarku. Itulah kenapa aku tidak ingin Helvy Tiana Rosa itu “mati”.
Forum Lingkar Pena Sumatera Utara, waktu itu, salah satu anggota Forum Lingkar Pena, bernama Dewi Chairani mempersilahkan aku datang kemarkas FLP Sumatera Utara. Aku pun datang dengan senang hati. Dimarkas itu beberapa orang telah menunggu kedatanganku. Aku datang dengan tujuan untuk bersilaturrahim dengan mereka. Setelah salah seorang dari mereka mempersilahkanku untuk bicara. Kuawali dengan berucap salam pembuka, seterusnya kira-kira 10 menit aku bicara. Beberapa dari mereka terlihat heran, kagum, aneh dan senyum-senyum. Yang pasti kesimpulanku berkata ya Alloh terima kasih atas takdir yang Kau berikan padaku.
Aku dan Helvy Tiana Rosa, bertempat di Karang Rejo, Rabu, 17 Februari 2010 tepatnya siang menjelang waktu Ashar. Adzan dan Iqhomah kukumandangkan ketelinga putri pertamauku. Penuh syukur dan bahagia. Kini, aku telah menjadi seorang ayah untuk ketiga putriku. Terima kasih Duhai ALLOH yang telah menyelamatkan istri yang telah melahirkan anakku, dan Kau selamatkan anak yang akan dilahirkan istriku. Tak terucap kata amiin namun, cukup lama kedua tangan ini menutupi wajah. Betapa bahagianya aku. Tak dapat kututupi kebahagiaan saat itu. Karena bahagianya sampai kumandang adzan pun tersebutkan olehku. Begitu ingat kalau bayi kami seorang putri akupun mengiqomahkannya kembali.
Esoknya sebelum berangkat kekantor kusempatkan singgah ketoko buku Gramedia Gajah Mada Medan. Sudah tiga putriku tak pernah terbesit untuk membeli buku nama-nama untuk nama anak. Kupastikan dan kucatat siapa nama penulis buku yang bukunya sering kujadikan kado sebagai hadiah ulang tahun untuk para sahabatku. Kucatat dan kusimpan dalam dompet. Beberapa hari kemudian ibu mertua memintaku untuk menyiapkan nama putriku dalam jumlah banyak untuk disisipkan dalam nasi urap yang akan dibagikan pada kerabat dan sanak saudara. Sekali lagi aku tidak pernah ragu pada setiap yang telah kuputuskan. Azzamku telah kuat sambil menunggu beberapa lembar print, selama itu aku berdoa. Duhai Alloh yang paling sempurna ciptaanNya, jadikanlah putriku ini kelak sama seperti nama yang sedang aku print-kan namanya ini. Amiin.
Sebelum pulang kusempatkan singgah kerumah sahabatku. Memintanya untuk mencari bersama nama yang tlah kuprint-kan dalam social media facebook. Alhamdulillah ternyata ketemu nama beliau dan langsung kutulis pesan dalam inbox untuknya. Mohon maaf sebelumnya, hormatku padanya untuk diberi izin menamakan nama anak yang sama dengan nama beliau. Seingatku lebih dulu nama itu tertabalkanku pada putri pertamaku baru bebarapa hari kemudian balasan lewat inbox-pun masuk. Jantungku berdebar, dengan sejumlah kecemasan kututup mataku perlahan kuintip dan kubaca. Sungguh bahagianya aku membaca inbox beliau. “Jazakillah ya moerry adie. Saya terharu. Iyaa!!, dengan senang hati dan limpahan keberkahan untukmu juga pada putrimu semoga bisa menjadi kebanggaan kedua orang tuanya. Amiin.”
Tak ada komentar dari ibu mertua untuk nama putri yang kuberikan. Malah ibu mertua bilang nama ini enak menyebutkannya dilidah, pas terdengar ditelinga dan tak ada yang punya. Silih berganti sanak saudara teman kerja dan sahabat istri melihat putri kami. Sampai pada hari itu teman istri seorang mahasiswi USU mencium putri kami sambil bertanya pada istri. Siapa namanya. Pelan sekali tapi aku mendengar dan melihat wajah heran, kagumnya pada istri. Siapa yang memberikan namanya, ayahnya jawab istriku. Yang kutangkap dari reaksinya ia tahu siapa Helvy Tiana Rosa. Saat itu istriku sendiri belum tau siapa Helvy Tiana Rosa.
Beberapa bulan kemudian. Di kampung, Taman Kanak-kanak Islam SAIDI TURI, jalan Glugur Rimbun Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang - Sumatera Utara. Adalah alamat dimana buku-buku tersebut dikirim. Senang sekali, Helvy Tiana Rosa mengirimiku beberapa buku. Seorang kepala Sekolah dan guru-guru TK yang mengetahui bahwa saya mendapat kiriman buku-buku dari penulis hebat itu meminta saya untuk dibuka dilihat sebagian mereka ada yang meminjam karena mereka mengetahui siapa penulis buku-buku tersebut. Yaa!! Bolehlah kalau dipinjam. Secepatnya saya minta untuk dikembalikan. “Bagaimana ceritanya Mur,” celetuk kepala sekolah kepada saya. Kenapa beliau mengirimi buku-buku ini? Saya bilang ceritanya panjang.
5 tahun kemudian. Alhamdulillah buku-buku itu kini sering dibaca oleh Putri kami pada saat beliau sudah di TK A. Alhamdulillahnya lagi mungkin karena ada semacam energi yang ia terima hingga akhirnya iya lulus dari TK tersebut dengan Juara 1.
Pertanyaan dari salah seorang Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Provinsi Sumatera Utara tentang nama putri pertamaku. Helvy Tiana Rosa.
Ia bertanya, kenapa Helvy Tiana Rosa kau menamakan putrimu. Selain seorang politisi beliau juga seorang kutu buku hampir dapat saya pastikan dari 100 anggota DPRD Provinsi ketika itu dua lemari besar diruangannya penuh dengan beberapa judul buku yang telah ia beli. Sampai pada suatu hari saat beliau menjadi calon Bupati/ pada saat resmi pencalonannya sebagai calon bupati harus didampingi seorang ajudan pendamping dari unsur kepolisian/intel. Singkat cerita beliau kalah dalam pertarungan tersebut.
Sore hari setelah dua hari beristirahat total beliau memintaku untuk kembali bekerja tidak kekantor melainkan ke Gramedia, cukup lama kami disana dan banyak sekali buku yang ia beli, jika dihitung semua buku itu berharga lebih dari 2,5 jt-an, aku hanya mengambil satu buku karangan Pramoedya Ananta Toer, itu pun setelah ia menyuruhku untuk mengambil buku yang kusuka. Setelah buku-buku itu terbungkus kami langsung pergi kerumah ajudan pendamping/polisi itu pula dan memberikan semua buku-buku itu padanya.
Dimobil dalam sebuah perjalanan kuceritakan tentang ini padanya.
Saat itu waktu masih sering main ketoko buku aku sering sekali baca-baca buku tulisan yang ditulis oleh Helvy Tiana Rosa. Tidak banyak yang kutahu semua buku-buku tulisan Helvy Tiana Rosa. Tapi aku hanya sering pula membaca buku yang ada logo FLP-nya. Sambil menoleh padanya, ia memintaku meneruskan menceritakan tentang kenapa nama putriku Helvy Tiana Rosa. Dugaanku benar ia tahu siapa Helvy Tiana Rosa. Apalagi kebanyakan buku-buku yang ada dilemarinya buku-buku sastra. Karena perjalanan pun masih jauh kuceritakanlah ini padanya.
Ia bang, belum pernah aku baca buku yang aku hanyut dalam cerita pada isi buku tersebut. Sampai meneteskan air mata ketika itu syukurnya tidak ada yang tahu kalau aku menangis. Tak semua habis kubaca dan tak juga kubeli. Bahkan setelah selesai saja buku itupun kuselipkan diantara buku-buku lainnya yang kupastikan tak akan ada orang yang mengambil. Begitulah seterusnya setiap kali aku ketoko buku itu. Kupastikan kalau buku itu tetap ada diantara rak-rak tersebut dan kubaca kembali. Anehnya ada beberapa kali kuulang lagi membacanya beberapa kali itu pula air mataku terjatuh pas dilembar yang sedang kubaca. Begitu seterusnya kembali lagi kuletakkan buku itu ditempat yang orang tak mungkin menemukannya.
Barulah, beberapa bulan kemudian aku kembali ketoko buku tersebut setelah sekian lama tidak lagi kesana. Harapanku untuk bisa menemukan buku yang kemarin sering kubaca dan kali ini untuk kubeli. Yaa!!, kali ini aku datang untuk membeli. Kira kira begitulah ini kuceritakan sampai kuceritakan pula aku kehilangan buku tersebut dalam rak toko buku itu. Karena tidak kutemukan lagi aku langsung pulang. Ceritaku terhenti setelah kami sampai diBinjai dirumah ajudan itu.
Tak lama kami disana. Bercerita seadanya setelah menghabiskan segelas kopi kami pamit pulang. Beberapa menit setalah sampai dimedan dan langsung menuju pulang. Kuceritakan lagi pada beliau tentang kecamatan ini yang baru saja kami lalui.
Ya, sambil memberitahukan dikecamatan kota inilah Helvy Tiana Rosa dilahirkan karena memang rute ini setiap hari yang kami lalui menuju kantor dan kembali. Helvy Tiana Rosa dilahirkan oleh ibunya dirumah sahabatnya. Beberapa hari kemudian ibunya duduk diteras rumah itu dan melihat beberapa bunga ros/mawar berduri mungkin bunga dan keadaan hari itu mengilhami penamaan nama Helvy Tiana Rosa. Berasal dari bunga mawar dan berawal dari nama kota kecamatan Helvetia mungkin tersimpullah nama Helvy Tiana Rosa. Bunga mawar itu harum dan berduri seakan menunjukkan bahwa ini bunga terindah dan kuat tak sembarang tangan berani menyentuhnya kecuali hanya dengan penuh kecintaan dan kesungguhan bila ingin memilikinya. Kira-kira begitulah kuceritakan.
Bahkan sampai saat ini aku masih sering menceritakan pada siapa saja yang masih sering bertanya-tanya tentang Helvy Tiana Rosa.
Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia dan Putri Sabrina Salsabila
Kira-kira setelah Helvy Tiana Rosa berumur 2 tahun, istri pun akan melahirkan anak kedua kami artinya adik Helvy Tiana Rosa akan memiliki adik. Beberapa hari setelah melahirkan istri untuk yang kedua kalinya. kuceritakan pada mbak Helvy. “Alhamdulillah mbak, mamak Helvy telah melahirkan lagi anaknya seorang putri mudah-mudahan putri yang diamanahkan Alloh kepada saya mampu memberi manfaat pada sesama dan lingkungannya, amiin. Saya juga minta maaf dan minta kesediaan mbak Helvy untuk menamakan putri kedua saya,, sudilah kiranya mbak menamakan putri saya tersebut..Terima kasih sekali..Salam hormat saya kepada keluarga disana”. Pesan terkirim lewat inbox pada facebook milik Helvy Tiana Rosa ketika itu.
Beberapa hari kemudian inbox balasan dari mbak Helvy pun saya terima. “Alaikum salam. Insya Allah nanti dipikirkan ya. Semoga dapat nama yang sesuai. Salam sayang buat istri dan Helvy Tiana Rosa. Aamiin. Salam sayang buat ananda Helvy ya. Insya Allah akan menjadi anak yang senantiasa bermanfaat bagi keluarga, bangsa dan negara di masanya kelak...aamiin”
Alhamdulillah...barakallah. Semoga menjadi anak yang sholihat, cahaya mata di langit dan bumi. Jangan lupa posting fotonya ya. Saya terbayang wajah Helvy kecil yang tentu sangat sumringah punya adik. Saya belum dapat nama yang pas. Cahya Kamila? Sabrina Fathiya? Atau Asma Nadia? . Yang terakhir ini adalah nama pemberian saya pada adik saya Asmarani Rosalba saat ia memakai jilbab tahun 1988 yang kemudian jadi nama tenarnya. Saya kira boleh dipertimbangkan--bila berkenan--untuk mengumpulkan Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia sebagai anak2 tercinta dari orangtua yang penuh berkah sepertimu dan istri. Sekali lagi selamat ya! Ikut bahagia . Kabari saya siapa namanya nanti ya. Beberapa hari kemudian saya inbox mbak Helvy lagi. Mbak, namanya sudah mantap kalau adiknya Helvy Tiana Rosa adalah Asma Nadia Insya Alloh berkah dan mampu berkarya seperti bunda-bundanya yang dijakarta. Esoknya pesan masuk kembali dari Helvy Tiana Rosa. “Subhanallah...saya jadi terharu...insya Allah kalau ke Medan nanti mau menyempatkan lihat mereka berdua ya...salam sayang buat istri, Helvy dan Asma”. Begitu seterusnya sampai dengan ketiga putri kami, Helvy Tiana Rosa kembali menamakannya.
“Alaikum Salam. Subhanallah walhamdulillah bahagianya. 3 putri yg insya Allah bisa membawa orangtuanya ke surga. Sebuah kehormatan diminta sarankan nama. Saya suka nama Putri Sabrina Salsabila. Putri mata air surga yg sabar” . Aamiin ya Rabb
FLP, Helvy Tiana Rosa dan Kami Sekeluarga
Masjid Al-Jihad Jl. Abdullah Lubis Medan, ketika itu. Sabtu sore setelah mendengar informasi akan kedatangan Helvy Tiana Rosa dalam acara launching film “Ketika Mas Gagah Pergi/ KMGP”senang sekali. Saya konfirmasi ulang dengan Dewi Chairani tentang berita ini. Iya pak, minggu besok Mbak Helvy akan datang Kemedan. Saya minta pada beliau untuk konfirmasi ini pada panitia kalau kami juga akan datang. Terima kasih ya wi’. Tapi dewi tidak bisa datang. Ini kali kedua saya meminta saudari dewi. Untuk hal yang serupa hanya saja, beberapa waktu yang lalu ketika Helvy Tiana Rosa datang kemedan untuk urusan bisnis beliau juga yang banyak sibuk membantu untuk pertemuan itu. Namun sayanya saja yang tidak bisa datang karena kebetulan masih berhalangan. Sangat disayangkan. Tapi mungkin belum jodoh. Saya beritahukan tentang hal ini pada istri dan anak-anak. Kalau besok kita akan pergi kemedan karena bunda Helvy Tiana Rosa datang. Sudah bisa dipastikan mungkin beliau pasti sibuk waktunya juga ga lama-lama makanya kita yang datang. Agak bingung-bingung gitu istri mendengar informasi dari saya. Iya Yah!, iya kita kesana. Minggu pagi-pun tiba. Memang sudah dari tadi malam semua keperluan untuk hari ini dipersiapkan. Pampers Nadia dan Putri berikut salak pondoh sengaja kami bawakan untuk bunda Helvy dan kawan-kawan. Juga bermacam jajanan dan aqua kecil tlah dipersiapkan istri agar tidak lagi berhenti-berhenti dalam perjalanan. Spanduk terpampang beberapa panitia terlihat ada yang berdiri dan duduk. Lebih dahulu istri dan anak-anak saya turunkan dari kendaraaan karena saya harus memarkirkan kendaraan. Seorang panitia menyapa istri dengan sebuah pertanyaan. Maaf mbak mau jumpa dengan siapa ya mbak?, istri langsung jawab, oh iya apa ini acara Helvy Tiana Rosa? Iya mbak, seorang lagi dari mereka bertanya pada istri, ibu ini Ibunya Helvy Tiana Rosa ya kalau begitu apa ini Helvy Tiana Rosa, ini Asma Nadia dan ini Putri Sabrina Salsabila. Iya bener ibu Mbak Helvy memang ada bilang kekami kalau beliau ada keluarganya dimedan dan Insya Alloh akan datang. Percakapan mereka usai setelah saya datang. Dan saya langsung permisi pada mereka untuk masuk kedalam Masjid bersama anak-anak. Istri menunggu diluar karena berhalangan. Didalam masjid terlihat Helvy Tiana Rosa sedang asyik memberi ceramah didepan anggota FLP dan beberapa masyarakat/mahasiswa/i tentang launching film KMGP/Ketika Mas Gagah Pergi. Saya dan anak-anak pun duduk tepat didepan sebelah kanan agak ujung. Sehingga saya yakin mbak Helvy dapat melihat dengan jelas kedatangan kami didalam masjid. Dalam hati saya bergumam, semoga aja kedatangan kami tidak mengganggu beliau. Tiba-tiba kami menjadi pusat perhatian mereka yang sedari tadi mendengarkan ceramah Helvy Tiana Rosa. Karena dengan sengaja ya secara spontanitas saya pikir mbak Helvy terkejut melihat kami telah datang dan dengan pengeras suara itu. Selamat datang Helvy Tiana Rosa , Asma Nadia dan Putri Sabrina Salsabila, tunggu, sebentar lagi ya bunda siapin ceramahnya. Sontak atau agak heboh dikit suasananya saat itu. Perhatian pun silih berganti sebentar ke mbak Helvy Tiana Rosa sebentar ke ketiga putriku apalagi disaat mbak Helvy memperkenalkan kami pada jamaah yang ada didepannya. Sungguh kebahagiaan tersendiri akan hal ini seandainya kebahagiaan ini tidak bisa saya tutupi mungkin sudah jatuh air mata ini. Haru bahagia tumpah jadi satu kira-kira begitulah saat itu. Season tanya jawab-pun usai, mbak Helvy menutup ceramahnya selesai berfoto bersama para fansnya yang ada didalam masjid. Mbak Helvy berjalan kearah kami dan terlebih dahulu memeluk dan mencium Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia dan Putri Sabrina Salsabila, pun ia gendong sambil bertanya padaku, “bundanya mana Murry?”. Itu mbak diluar dengan panitia lainnya. Beliau berhalang masuk masjid, jawabku. Kalau begitu kita yang keluar, lanjutnya. Dari luar ternyata istri melihat kami berjalan bersama untuk menemuinya sambil memeluk istriku dan menciumnya tak juga iya turunkan Putri Sabrina dalam gendongannya . Sontak saja secara tiba-tiba kami menjadi objek foto anak-anak FLP ketika itu. Tuhan betapa dengan semua kesabaran ini engkau ternyata mengabulkan semua doa-doaku tentang kejadian ini. Tuhan terima kasih untuk ini, untuk semua yang telah Kau berikan padaku. Tuhan, tolong jauhkanlah semua orang yang kusayangi ini dari segala macam mara bahaya dan angkatlah penyakit yang sedang dialami Helvy Tiana Rosa dan tumbuh besarkanlah Helvy Tiana Rosa dengan penuh keilmuan, kecerdasan dan keberkahan ilmu pengetahuan yang berguna bagi nusa dan bangsa. Setelah semuanya selesai dan harus berangkat lagi menuju beberapa lokasi acara launching film KMGP, Helvy Tiana Rosa memberikan buku KMGP dan sebuah kepingan cd album Asma Nadia covernya pun Asma Nadia sambil mencium istri dan ketiga putriku. Iya pamit untuk segera berangkat karena masih ada acara yang harus dihadiri. “Daa,,Helvy bunda jalan duluan ya.”pamitnya. “Daa bunda,” sahut kami. Maka begitulah impian. Impian dan harapan, bagaikan do'a dan usaha. Setiap manusia memiliki Impian akan tetapi sedikit yang memanfaatkan. Jika Manusia selalu bertahan pada impian maka cepat atau lambat dia akan mendapatkannya. Amiin.


* foto-foto bersama mbak Helvy Tiana Rosa

Helvy Tiana Rosa & Helvy Tiana Rosa



Helvy Tiana Rosa

Bersama Bunda Helvy Tiana Rosa.
 Masjid Al Jihad Medan































www.flp.or.id

Tuesday 20 September 2016

BUDAYA MEMBACA MASYARAKAT INDONESIA

Budaya Membaca Masyarakat Indonesia 

oleh. Fadmin Prihatin Malau


Sebagai seorang pendidik (dosen), penulis prihatin melihat para siswa SMP, SMA/SMK dan mahasiswa malas membaca, lebih rajin bertelepon ria di handphone atau bercerita sesama siswa dan mahasiswa.

Celakanya para siswa banyak yang lebih senang bermain game. Para mahasiswa lebih senang berkumpul, bercerita dicafe-cafe dilingkungan kampus. Fenomena siswa dan mahasiswa ini juga disenangi masyarakat Indonesia, dari muda usia sampai yang lanjut usia. Budaya membaca bagi masyarakat Indonesia masih memprihatinkan.

Perpustakaan sekolah atau kampus baru ramai ketika akan berlangsung ujian semester. Siswa dan mahasiswa baru membaca materi pelajaran dan kuliah ketika ujian ulangan akan melaksanakan. Membaca bagi masyarakat Indonesia masih cenderung mengisi waktu luang.

Hal itu bisa dilihat ketika berada dilobi hotel atau diruang tunggu tempat praktik dokter. Suratkabar dan majalah yang ada diruang tunggu dibaca. Fenomena ini tentu membaca hanya mengisi waktu(to fill time).

Membaca ketika menunggu panggilan dokter atau ketika menunggu seorang dilobi hotel dan tempat lainnya. Membaca mengisi waktu luang atau mengahabiskan waktu dikategorikan pola membaca sporadis, ambivalen. Hal itu dikarena bahan bacaan yang disediakan diruang itu maka diruang itulah yang dibaca.

Bila ruang tunggu praktek dokter misalnya ada suratkabar Harian Waspada maka suratkabar itulah yang dibaca. Artinya, pola membaca belum berbentuk sosial-kultural. Membaca belum untuk meningkatkan nilai kehidupan sebab masyarakat Indonesia belum ingin mengetahui sesuatu informasi dan ilmu pengetahuan dari tulisan atau bahan bacaan.

Data Badan Pusat Statistika (BPS) pada tahun 2012 memiliki korelasi yang kuat dengan membaca hanya mengisi waktu (to fill time). BPS tahun 2012 menulis tingkat minat baca Indonesia sebanyak 91,68 persen penduduk berusia 10 tahun keatas lebih menyukai menonton televisi dan hanya sekitar 17,66 persen menyukai membaca suratkabar, buku atau majalah.

Data dari BPS itu juga menyebutkan, konsumsi satu suratkabar di Indonesia dengan pembaca rasio 1 berbanding 45 orang(1:45). Artinya pembaca suratkabar sangat banyak bila dibandingkan dengan konsumsi satu surat kabar. Sedangkan pembaca di Filipina tingkat perbandingannya 1:30 atau satu suratkabar dibaca 30 orang.

Dipengaruhi Sosio kultural pola baca satu masyarakat dipengaruhi faktor sosio kultural. Budaya membaca masyarakat Indonesia rendah sebab masyarakat Indonesia lebih akrab dengan tradisi lisan, tradisi bercerita, bertutur dan mendengarkan orang bercerita atau bertutur.

Sosio-kultural berkembang sehingga masyarakat Indonesia mampu bercerita atau mendengarkan cerita berjam-jam. Kultur komunikasi oral ini sangat mengakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia bila dibandingkan dengan kulturliterasi.

Pengaruh kuat dari pola hidup masyarakat Indonesia cenderung instan dan praktis. Malas mencari informasi, lebih suka yang tertanya, lebih senang kultural oral atau tradisi lisan. Mengapa? jawabnya, karena lebih gampang dan praktis. Beda dengan kultur literasi (membaca dan menulis) tidak praktis, tidak instan tetapi harus berusaha, formal dan prosedural. Pola kultur literasi kurang serasi bagi masyarakat Indonesia budaya membaca masyarakat Indonesia masih memprihatinkan.

Pengaruhnya sistem pendidikan Indonesia belum mendukung atau menyiapkan intrumen menumbuhkan minat baca para peserta didik. Terkadang anak Sekolah Dasar sampai kelas empat masih belum bisa lancar membaca sebab instrument untuk itu belum maksimal. Sistem pendidikan lebih banyak mengajak anak untuk mendengar ocehan, cerita, penjelasan dari tenaga pendidik. Akhirnya anak didik malas membaca dan menulis.

Sistem pendidikan Indonesia harus mengikuti prosedural sehingga pendidik(guru/dosen) harus patuh dan tidak punya waktu mengajak anak didik gemar membaca. Selain prosedural pendidikan yang memanjakan anak didik sehingga tidak penting membaca sejalan dengan perkembangan teknologi informasi media elektronik.

Teknologi informasi menumbuhsuburkan budaya mendengar dan melihat seperti media televisi memanjakan pemirsa malas membaca. Audio visual menjauhkan masyarakat dari budaya membaca. Kini setiap rumah memiliki dan nyaris dua puluh empat jam televisi mengudara sehingga pemirsa malas beranjak dari depan televisi.

Satu fakta ketika satu ruang tunggu menyediakan bahan bacaan dan juga menyediakan televisi, bisa dilihat orang-orang yang berada diruang tunggu itu cenderung menonton televisi dari pada membaca.

Kemajuan teknologi informasi elektronik mengoptasi kehidupan masyarakat Indonesia cenderung budaya instan. Kemajuan teknologi informasi elektronik seperti televisi dan radio cenderung melumpuhkan minat baca dikalangan masyarakat Indonesia. Persaingan ketat antara media cetak dengan media elektronik membuat kompetisi semakin ketat akibat pola membaca masyarakat semakin menyedihkan.

Fakta menyedihkan ini berkat kemajuan teknologi informasi elektronik sehingga budaya membaca masyarakat Indonesia semakin lemah. Beda dengan masyarakat pada negara-negara maju sudah membaca menjadi satu kebutuhan dalam memperoleh informasi.

Fakta ini bisa dibuktikan dimana masyarakat pada negara-negara maju ketika berada diruang publik jarang bertanya sebab sudah membaca berbagai informasi yang panjang. Berbeda dengan masyarkat Indonesia, meskipun pada ruang publik sudah dilengkapi dengan berbagai informasi tertulis tetapi masih saja bertanya. Artinya, budaya membaca masih rendah bila dibandingkan masyarakat dengan negara-negara maju.

Disamping itu pemerintah sangat sedikit membuat informasi tertulis pada ruang-ruang publik bila dibandingkan dengan negara-negara maju. Lihat saja begitu terbatasnya keterangan rambu-rambu lalu-lintas, petunjuk jalan, nama jalan dan nama lokasi satu daerah. Kondisi ini menandakan pemerintah masih kurang peduli dengan persoalan literasi.

Akibatnya masyrakat Indonesia kurang berminat membaca. Hasilnya masyarakat lebih senang bertanya tentang sesuatu ketika diruang publik dari pada membaca informasi tertulis yang ada ruang publik. Ketidakseriusan pemerintah berdampak pada budaya membaca masyarakat Indonesia. Beberapa faktor memengaruhi rendahnya minat membaca masyarakat Indonesia seperti pemerintah belum maksimal membangun kultur literasi.

Sangat memprihatinkan, budaya membaca atau pola membaca berkaitan dengan peradaban suatu masyarakat, satu bangsa. Masyarakat Indonesia harus menyadari pentingnya budaya membaca bila ingin maju. Budaya membaca harus diciptakan dan dikurangi budaya bercerita dan mendengar.

*Penulis Dosen UMSU Medan, mantan Sekretaris Majelis Kebudayaan PW. Muhammadiyah Sumatera Utara.



 















Wednesday 20 July 2016

Catatan Budaya/Nilai/Waspada/S.Satya Dharma


N I L A I
*s.satya dharma

Paus sastra indonesia, HB Yassin(Alm) Pernah Berkata: Sejatinya Satrawan adalah seseorang yang dengan alat bahasa yang dikuasainya, membentukkan nilai nilai kehidupan yang hadir dan tumbuh dalam kesadarannya, dalam kehidupan masyarakatnya. Itu berarti seorang sastrawan adalah juga seorang pemikir kehidupan yang mengajak orang lain untuk meninjau lebih dalam hakekat segala hal.

Dalam konteks inilah Sastrwan, ujar HB Yassin lagi, memiliki kekuasaan karena ia bisa menangkap  dalam perkataan, lalu memberi bentuk terhadap apa yang cuma bisa dirasakan samar samar dan tidak berupa oleh orang biasa.

Itulah sebabnya kita seringkali mengernyitkan dahi tatkala membaca sejak sajak karya para penyair. Bukan hanya karena kedalaman makna yang dikandung sajak sajak itu, bukan pula karena kemampuan penulisnya membangun irama kata kata, tetapi karena kesadaran hidup dan nilai nilai yang ditawarkannya  jauh melampaui kesadaran kita yang awam ini.

Itulah mengapa seni sastra, kata HB Yassin lagi, sesungguhnya adalah seni bahasa. Oleh karena itu, untuk mengerti sastra seseorang haruslah mengerti bahasa dan kemungkinan kemungkinan tenaga yang terkandung didalam pernyataannya.

Maka kepenyairan atau kesastrawanan seseorang sejatinya tak hanya dilihat dari kemahirannya menyusun kata atau kepekaan mengolah rasa. Kesastrawan atau kepenyairan adalah kemampuan mengenali huruf  dan memahami kata kata.

Bahkan jika kata tak lagi punya makna, seperti ujar sutardji Calzoum Bahri dalam kredo puisinya, maka diamlah, "amuk" atau "kapak". Sebab bersyair lebih dari sekedar membangun irama. Sedangkan bersastra adalah memberi pemaknaan pada untaian kata kata.

Itulah sebabnya kesastrawanan membutuhkan lebih dari sekedar proses, tapi juga loyalitas. Betapa sering kita menyaksikan seseorang yang tiba tiba jadi penyair, jadi sastrawan, jadi seniman, ketika ia sedang menganggur dan putus cinta.

Namun begitu ia diterima bekerja atau kembali jatuh cinta, hilang pula kemampuannya menyusun kata kata. Sajak sajaknya, syair syairnya atau bahkan euphoria kesenimanannya, mendadak raib bersama berlalunya waktu.

Maka, agar tak terus menerus menjadi inflasi penyebutan penyair, sastrawan, seniman sudah seharusnya setiap orang mengevaluasi diri dimana sesungguhnya kedudukan dan posisinya didalam aktivitas mengolah kata dan rasa itu. Apakah ia sekedar sebagai penikmat, simpatisan, pengamat atau penggemar belaka.

Sembari itu, para seniman para penyair atau orang orang yang sedang belajar untuk masuk dan berkubangdidunia kesenian, mulailah untuk tidak besikap narsis dengan saling memuji sesamanya sekedar untuk mempertahankan eksistensi agar terus disebut seniman, sastrawan dan penyair.

Sungguh, predikat kkesastrawanan kepenyairan, kesenimanan terlalu murah jika disematkan kepada sembarang orang yang belum mengalami perjuangan apapun dalam dunia tersebut. 

Dunia seni adalah dunia pemikiran dan bahkan perenungan. Derajatnya hanya setingkat lebih rendah dari agama. Kesenian tidak lebih rendah dari fisika dan matematika. Maka, jika kita belajar agama untuk memperteguh akidah, kita belajar seni untuk merawat kepekaan nurani dan memperhalus budi pekerti. Dus, bukan untuk jadi seniman.

Jadi, marilah kita tidak merendahkan martabat gelar kesenimanan, kesastrawanan dan kepenyairan itu dengan menyematkannya kepada sembarang orang yang baru sekedar tau menulis abc atau karena rajin mengikuti aktivitas kesenian. Atau bahkan hanya sekedar karena seseorang itu setiap hari nongkrong di Taman Budaya

Monday 18 July 2016

C A N T I K yang tak B I A S A











*mohon maaf tidak bermaksud untuk yang tidak tidak

Cantik yang tak biasa

Tersebut bahwa Alloh SWT Tuhan Yang Maha Esa. KeMaha KuasaaNYA menjadikan sesuatu yang indah untuk dapat dilihat dengan mata dan agar kita dapat pula bersyukur atas semua ciptaaNYA.

Mataku yang aku melihatnya, membenarkan pula bahwa benar iya wanita yang cantik indah dipandang mata turut pula membawa kedamaian hakekatnya. Pun tidak pula bagimu. Relatif tentang yang terlihat.

SEMERBAK WAJAH, SEMERBAK BAHASA

Semerbak Bahasa, Semerbak Wajah

,, ketahuilah apa apa yang pernah kita katakan terutama, kalimat yang datangnya dari diri kita sesungguhnya menunjukkan siapa ada apa dan tentang bagaimana kita. Kita tidaklah seperti burung Beo yang selalu ikut pada apa yang dikatakan orang padanya. Sesungguhnya menciptakan kalau kita bisa menjadi diri sendiri walau hanya berdiam sikap itu saja akan lebih terlihat bijaksana.

 Biasanya kata yang terucap dari mereka yang berwajah cantik atau tampan kata katanya pun terucap demikian. Begitupun kita dengan wajah apa jadinya kata yang terucap terdengar tak enak dibarengin dengan wajah yang tak cantik dan tak tampan pula maka lengkaplah indikasi sebenarnya siapa kita. Namun, jika kata yang terucap dan dengan bahasa yang baik dan beretika tinggi terhadap siapa saja tua muda buruk rupa atau cantik jelita apalagi bahasa itu mampu memberi energi positif terhadap mereka yang mendengarnya ketahuilah engkau tetap tercatat sebagai seseorang yang baik ketahui pulalah semerbak harum bahasa akan menghiasi wajah kita.

Moerr,

Saturday 16 July 2016

SECUIL CERITA UNTUK AYAH

Secuil Cerita Untuk Ayah

Yah,, kata mamak malam minggu ini yudi (adik) mau melamar anak gadis kampung sebelah dan secepatnya langsung nikah. Yah, yudi ga pernah minta aku untuk membantunya. selama yang iya kerja sampai hari ini uang gajinya ditabung untuk beli ini dan beli itu. belakangan ini yah, kata mamak semua perobatan gigi mamak semuanya pakai uang yudi.Aku belum pernah bantu mamak paling saat singgah kerumah cium mamak dan peluk mamak. setiap kali itu aku selalu teringat ayah. 

Yah,, semoga dalam yudi menuju bahterah keluarga tidak ada aral melintang sekalipun ya yah. Semoga iya diberi kemudahan dan keluasan rezeki dan diberi keturunan yang sholeh/hah dan umur panjang. Aku yakin yah mamak tetap wanita pemberani dan mandiri. Yah,,doakan pula agar yoyokpun menemukan wanita pujaannya ya yah. Tuhan tempatkanlah ayahku ditempat yang sebaik2nya disisiMU.amiin.

Tak ada hadiah untuk sang juaraku, Helvy Tiana Rosa

Tak ada hadiah untuk sang juara, Helvy Tiana Rosa

Untuk Helvy Tiana Rosa yang hari rabu depan berulang tahun. Dimata ayah kakak luar biasa. Ayah sekalipun belum pernah ajarin Helvy belajar naik sepeda malu ayah, sepeda itukan nenek/uwek yang kasih tapi Helvy sudah naik sepeda sendiri kesekolah padahal masih TK. Kata mamak kakak udah pandai baca, nari dan nyanyi. Tapi kakak jangan lupa pandai ngaji juga.


Vy, malam ini katanya helvy sakit ya. Cepat sembuh ya. Besok ayah pulang. ayah janji ayah pulang. Nanti ayah bacakan fatihah 40 kali dan kasih minum air putih pasti kakak sembuh. kalau enggak sembuh sakitnya kasih ayah aja. kalian enggak boleh sakit.


Vy, helvykan masih ingat yang ayah bilang. kakak ga boleh lemah terus semangat jadi anak yang pemberani. ayah ga perlu kakak dapat juara asal kakak terus belajar itu udah jadi juaranya ayah. oiya, jangan bilang sama adik Nadia dan Putri, kalau tulisan ini sengaja ayah tulis untuk kakak. kan, kakak helvy yang ulang tahun.
ayah janji kalau nanti ayah dapat duit. kita beli buku gambar, buku tulis dan sepatu untuk helvy. Nadia sama putri ayah belikan coklat aja pasti udah seneng. Pokoknya untuk Helvy ayah ucapkan selamat Ulang Tahun. Doakan ayah biar banyak duit ya. nanti ayah bilang sama bunda helvy tiana rosa kalo kakak hari rabu ini ulang tahun. ok kak,

Monday 11 July 2016

Doa Untuk Kesembuhan Dirimu Bapak Sastra Bapak Hamsad Rangkuti












*Senin 11 Juli 2016/Sumut Pos. BAPAK HAMSAD RANGKUTI SASTRAWAN INDONESIA

Tetap Berkarya Meski di Kursi Roda Bersama Ibu Nurwinda/Laut ranting serta cahaya kehidupan Hamsad Rangkuti


Hamsad Rangkuti dalam sebuah cerita pendek. Bapak ini bukan soal pesan dalam semua buku buku bapak dalam semua cerita pendek yang pernah bapak tuliskan. "Bibir dalam Pispot",  Sampah Bulan Desember atau "Sukri Membawa Belati" atau bahkan banyak lagi. Semua ini persoalan kesetiaanmu pada Profesi dan dedikasimu pada Dunia sastra.  Para sahabat tlah sebahagian menjengukmu. RSU Sembiring setelah 8 hari koma setelah sadarkan diri. Dikursi roda engkaupun masih tetap menulis"Panggilan Rosul" begitu tersebut. Mohon maaf saya bila berlebih bapak Hamsad. Tidak menyamakan dirimu dengan mereka mereka yang tlah atau semasa hidupnya terus berguna bagi orang lain. Para sahabat yang terangkum ceritanya dimedia itu mengatakan kalau kata ibu " kalau waktu sehat dulu, hanya waktu sholat Bapak hanya berhenti menulis, makan dan minum bapak disuapin sama ibu Nurwinda.

Bapak saya bukan orang sastra atau semacamnya.  Tapi saya ada pak!.

Keterangan Ibu Nurwinda sudah saya baca semua. Betapa berartinya Bapak disisi anak anak dan juga Ibu. Lagi lagi  ini bukan persoalan kebanggaan tapi layaklah jika itu tlah terjadi. Bapak tlah berhasil membawa keluarga kebeberapa belahan negara bumi ini. Iri, haru dan betapa bangganya saya. 

Bapak Hamsad cepat sembuh ya!.

Semoga Alloh SWT Tuhan YME,, mengangkat semua penyakit bapak dan segera diberi kesembuhan. Bapak tidak perlu cemas lagi jika lautan tlah bapak habiskan karena tlah terpakai oleh Bapak untuk menulis. Saya yakin dengan sebuah kesungguhan air mata anak anak bapak pun akan dibaktikan untuk misi kehidupan Bapak dan semua cinta dan cita cita Bapak. 



 

Monday 4 July 2016

SUARA SANG KERTAS

SUARA SANG KERTAS

Awalnya aku putih bersih sebaiknya aku terus seperti ini. Tapi aku mati tak bernafas apalagi berjalan. Aku juga rapuh, bila tersambar api aku hangus dan binasa. Bila tersiram air aku lembat dan hancur tak beratur. 

Aku tergantung pada makhluk yang menggunakannya. Aku bisa saja memberi arti bahkan jauh berartinya seseorang jika dengan cukup baik menggunakanku. Tak jarang aku seperti pelangi karena tinta merah, kuning dan hijau selalu bersamaku. Bahkan aku mampu memberi kehidupan makhluk lainya. Seseorang yang telah menjadikan aku pelangi menunjukkan bahwa orang tersebut mungkin dalam jiwa yang senang bahagia dan ceria. Rasanya pelangi itu benar benar ia yang punya.

Namun sekali waktu aku hanya seperti kepulan asap yang terombang ambing dibawa angin. Aku galau, aku sedang tak enak hati. Jiwaku benar benar menjelma seperti orang tersebut. Begitulah seterusnya aku kertas yang tak mampu bicara, tertawa dan bahagia kecuali sipemilikkulah yang membentukku. 

Suara sastra suara kita

Belajar bicara menyuarakan bahasa lewat sastra kamu juga bisa